Forest Talk With Blogger “Menuju Pengelolaan Hutan Lestari”
Tema mengenai hutan merupakan hal baru bagi saya sebagai seorang blogger pemula. Biasanya saya kerap membahas dan mengangkat tulisan seputar teknologi, otomotif, ekonomi bisnis, pariwisata, kuliner dan lainnya. Namun mengapa kegiatan yang ditaja oleh Yayasan Doktor Sjahrir dan The Climate Reality Project Indonesia bertajuk “Menuju Pengelolaan Hutan Lestari” tetap saya ikuti?
Jawabnya…
Berbicara mengenai hutan sama halnya kita membicarakan kehidupan karena keduanya tak dapat dipisahkan. Bagi makhluk hidup khususnya manusia, manfaat hutan bagi kehidupan tidak ternilai harganya.
Cobalah kita bayangkan bila tidak ada hutan. Maka dapat dipastikan dunia akan terasa sangat panas. Bila musim hujan tiba, banjir akan melanda pemukiman warga karena salah satu fungsi hutan sebagai pencegah banjir. Bila tidak ada hutan, kita akan sulit bernafas karena hutan merupakan sumber oksigen bagi makhluk hidup. Lihat saja buktinya kasus kebakaran hutan yang melanda Provinsi Riau beberapa tahun ini. Akibatnya sangat buruk bagi kesehatan masyarakat Riau. Selain melanda saluran pernafasan hingga mengakibatkan kematian, kebakaran hutan juga berdampak pada kerugian materil hingga triliun rupiah.
Sekilas Mengenai Yayasan Doktor Sjahrir & The Climate Reality Project Indonesia
Yayasan Doktor Sjahrir merupakan organisasi nirlaba yang dibentuk untuk meneruskan warisan (alm) DR. Sjahrir dan bergerak dibidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Sementara The Climate Reality Project Indonesia, merupakan cabang dari The Climate Reality Project yang lahir di Nashvile, Tenesse, Amerika Serikat. The Climate Reality Project Indonesia mendukung kerja lebih dari 300 pemimpin iklim di Indonesia yang berasal dari berbagai latar belakang dan termasuk para pemimpin bisnis, profesional, pendidik, atlet, musisi, ilmuwan, aktor, pelajar, dan pemuka agama.
Dua lembaga inilah sekarang sangat aktif mengkampanyekan pentingnya hutan bagi kehidupan. Di Kota Pekanbaru, mereka menggelar pada 20 Juli 2019 lalu di Hotel Grand Zuri Jalan Teuku Umar. Pekanbaru merupakan kota keempat setelah sebelumnya diadakan di Jakarta, Palembang, dan Pontianak . Namun berbeda dari kota-kota sebelumnya, pihak penyelenggara mengajak seluruh peserta melakukan Field Trip ke Desa Makmur Peduli Api, Desa Batu Gajah Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau.
Adapun nara sumber nya Dr. Amanda Katili Niode, Manager The Climate Reality Indonesia, Dr. Atiek Widayati Perwakilan Tropenbos Indonesia, Murni Titi Resdiana, Asisten Utusan Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim Indonesia (berhalangan hadir), dan Tahan Manurung dari Asia Pulp and Paper.
Dalam materinya, Dr. Amanda Katili Niode menegaskan saat ini bumi tengah sekarat. Menurutnya, tahun 2018 60 juta orang terdampak cuaca ekstrem secara global. Di Indonesia terdapat 2481 bencana mengakibatkan terjadinya pengungisan dan penderitaan hingga 10 juta orang.
“Semua ini akibat ulah aktivitas manusia yang berlebihan seperti tambang, transportasi, industri, dan pembakaran tanaman,” ujarnya.
Diakhir materi, Dr. Amanda Katili memberikan solusi bagi perubahan iklim yakni, lewat Mitigasi dan Adaptasi.
Pemateri kedua juga tak kalah menariknya. Dr. Atiek Widayati dari Tropenbos Indonesia membahas mengenai ‘Pengelolaan Hutan dan Lanskap yang berkelanjutan. Menurut definisi Dr. Atiek, hutan adalah suatu wilayah dengan luasan lebih dari 6,25 ha dengan pohon dewasa lebih tinggi dari 5 meter dan tutupan kanopi lebih besar dari 30 % (KLHK 2018)
Deforestasi adalah, perubahan permanen dari areal berhutan menjadi areal tidak berhutan atau tutupan lainnya sebagai akibat dari aktifitas manusia.
Degradasi Hutan, perusakan atau penurunan kualitas hutan (tutupan, biomasa dan/atau aspek lainnya). Sedangkan bentuk-bentuk konversi hutan, pada skala besar berupa penebangan hutan (alih fungsi/status), pembangunan perkebunan, hutan tanaman seperti akasia, kelapa sawit, karet, dan lain sebagainya. Sementara yang skala kecil, penebangan yang dilakukan masyarakat seperti, ladang (berpindah), pertanian lahan kering dan kebun masyarakat.
Sebagai penutup materi Dr. Atik menyimpulkan, Hutan dan lanskap sekitarnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, Isu dan permasalahan hutan tetap ada keterkaitan dengan masyarakat luas termasuk yang terkena dampak. Isu dan kehilangan hutan ada solusinya. Pada prinsipnya, pertama mengembalikan ‘fungsi’ hutan dan kedua lakukan praktek-praktek berkelanjutan. Kontribusi terhadap perbaikan dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dapat ‘langsung’ ataupun ‘tidak langsung’’dan pada akhirnya masyarakat juga yang merasakan manfaat bila terjaganya hutan atau adanya hutan yang lestari.
Tentang penulis
Berita Terkait
Jabra Perkuat Keberlanjutan Lewat Program Perusahaan Untuk Bantu Masyarakat Yang Membutuhkan
Dalam langkah menuju keberlanjutan lingkungan dan mendukung komunitas, Jabra Indonesia, pemimpin dalam solusi audio dan video, telah mengumumkan inisiatif korporat bagi pelanggan mereka untuk mendonasikan perangkat yang sudah tidak lagi
Junaidi Nahkodai Toyota Rush Club Indonesia Riau
Komunitas mobil yang tergabung dalam Toyota Rush Club Indonesia (TRCI) Riau pada 30 Oktober 2016 lalu mengadakan MusChapLub Riau 2016 untuk pemilihan ketua baru. Dalam kegiatan yang dirangkai dengan rollling
Komunitas Suzuki Katana Jimny Indonesia Chapter Siak Dikukuhkan
Pengurus Daerah Komunitas Suzuki Katana Jimny Indonesia (SKIn Pengda) Riau secara resmi mengukuhkan pengurus SKIn Kabupaten Siak, Ahad (29/1/2017) lalu di Siak Sri Indrapura. Selain pengukuhan, kegiatan yang berlangsung selama